Senin, 21 Februari 2011
LABORATORIUM JIWA
Chat box di akun situs pertemananku berkedip berwana biru .
“ Di mana Mel?”
“Mau Curhat…”
Tidak biasanya pikirku, maka saya-pun hanya tertawa dan sedikit meledek.
“mau curhat apa kamu?”
“ saya putus cinta”
“sakit”
Saya makin tertawa, setahuku dia temanku yang berkarakter keras, bahkan dia dalam “sebuah forum” didulat sebagai komandan…ya, dia komandan!. Kali ini dia tersudut oleh cinta, cinta membuatnya sakit, bahkan sebatang rokok pun tidak bisa mengobati sakitnya..duhhh!
……..
Cinta, memang selalu rumit. Kalau tidak begitu bukan cinta namanya. Konon ada dua topik yang selalu menarik untuk dibahas, makin dibahas makin bikin penasaran : JIN dan CINTA.
Siapa yang tidak pernah putus cinta?, jika ada yang tidak pernah mengalaminya, barangkali saja ia tidak pernah jatuh cinta. Hampir tidak ada cinta yang mengalir tanpa ada liku, karena itulah dinamikanya. Cinta tidak selalu berujung bahagia, tapi ada pahit, asam, asin rame rasanya… Lalu, apa lantas menghindari cinta? Rasanya juga tidak adil. Sebab hidup tanpa cinta, sungguh gersang tak berwarna. Kalau begitu, kenapa ada sakit dalam cinta?. Sebenarnya cinta tak akan pernah menyakiti, karena focus cinta bukan pada yang dicintai, tapi yang mencintai karena esensi cinta adalah memberi. Seseorang yang mampu member i dengan tulus adalah orang yang mampu mencintai. Ketika pemberian-pemberiannya ternyata tidak berbalas, ia tidak kecewa. Bahkan ia akan terus saja memberi kepada orang lain, sampai pada akhirnya kebaikannya disambut oleh orang yang siap dan lebih pantas menerimanya. Sebenarnya, ini persoalan kesanggupan seseorang untuk mampu berdamai atau tidak dengan kehidupannya. Ketika putus cinta, dunia rasanya hampa, tak berinspirasi. Tapi jika jauh ditelusuri, ternyata selalu saja ada hikmah. Bukankah manusia memang diberi akal dan hati untuk menuai hikmah dari setiap episode kehidupannya bukan?. Bahkan, pun berkali-kali sakit karena cinta adalah pertanda bahwa yang mencintai adalah manusia yang berkarakter kuat. Ia selalu diperhadapkan dengan pergolakan jiwanya sendiri, ujian yang lebih hebat dari sebuah pertempuran di medan perang bahkan (yang ini mah lebay :p). Sampai pada satu waktu, cinta jualah yang mempertemukan pada kesejatian dan ketulusan makna cinta. Bukan sekadar gejolak perasaan yang bahkan bisa menguasai mengalahkan nalar bahkan nurani. Tapi kata temanku, cinta itu implementatif. Bahwa cinta itu akan membuat sang pencinta tumbuh menjadi lebih baik.
“apa arti cinta kalau ada pahit..lal la la la”
begitu lirik lagu yang sedang kudengar saat ini.
Tapi bagi saya pribadi, justru itulah ujian cinta. Pahit dan kegagalan dalam cinta adalah LABORATORIUM JIWA. Ini adalah hadiah kehidupan bagi jiwa, untuk belajar mencintai lebih kuat, lebih tulus kepada orang yang benar-benar layak menerimanya di suatu waktu dan biarlah menjadi rahasia Sang Maha Pengasih, Allah SWT. Kapan? Sampai anda benar-benar telah mampu mencintai … bertanya lagi, kapan? Maka mintalah pada ALLAH, mintalah di saat siang dan malam, mintalah dengan khusyuk, niscaya Dia akan mengabulkannya. Bukan begitu? (Mels )
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar