Kamis, 17 Februari 2011

KDRT : Pengaruhnya terhadap Perkembangan dan Proses Belajar Anak

Nur Amelia

Di Jakarta, sepanjang tahun 2009 tercatat 657 kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang diadukan ke salah satu lembaga bantuan hukum. Di Media massa sendiri seperti: Kompas, Warta Kota, Kora Jakarta dan Pos Kota memberitakan sedikitnya 155 kasus KDRT di tahun yang sama.  KDRT yang terjadi pada korban menimbulkan dampak fisik, psikis, seksual dan penelantaran.  Seringkali kita berpikir, bahwa KDRT hanya membawa dampak bagi suami –isteri dalam satu rumah tangga. Namun disadari atau tidak, KDRT juga berimbas pada anak dan berpengaruh dalam proses perkembangan dan proses belajar anak.

Contoh kasus yang terjadi pada rumah tangga DN, seorang perempuan yang melaporkan  AN suaminya ke kepolisian. Suaminya meninggalkan rumah sudah lebih dari dua bulan dan ditengarai telah menikah lagi dengan teman kerjanya. Sebelum meninggalkan rumah, DN sering bertengkar dengan suaminya. Tidak hanya penderitaan fisik yang dialami seperti memar dan luka, tetapi juga DN mengalami depresi dan tekanan. Selama kepergian suaminya DN ditelantarkan dan tidak mendaptakn penghidupan yang layak. Jika dilihat sekilas, keributan hanya terjadi antara DN dan suaminya, akan tetapi kekerasan yang dialami DN juga berdampak pada anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Anak DN, yang biasanya memiliki prestasi akademik yang baik, menurun semangat belajarnya, tidak fokus di ruang kelas dan hanya suka menggambar. Beberapa akli arus emngikuti kelas tambahan tetapi akhirnya nilai anak DN semakin jeblok. Dalam hal pergaulan, anak DN yang biasanya ceria dan memiliki banyak teman tiba-tiba berubah jadi pemurung. Dia tumbuh menjadi anak yang suka sendiri, sering melamun dan bahkan sering sakit.

Dari kasus di atas, dapat menjadi contoh bahwa KDRT tidak hanya menimbulkan dampak dan masalah bagi suami-isteri dalam satu rumah tangga. Namun berpengaruh pula pada proses perkembangan anak yang hidup dalam rumah tangga tersebut, termasuk menyebabkan terganggunya proses belajar anak di sekolah.
Ada beberapa alasan kenapa manusia bisa gagal tumbuh:
1.      Naluri manusia untuk tumbuh cenderung lemah.
2.      Rasa takut atau cemas akan merusak dinamika
3.      Lingkungan atau budaya
4.      Kebiasaan-kebiasaan yang terbentuk
                         Abraham Maslow memaparkan teori tentang kebutuhan-kebutuhan dasar, bahwa manusia dimotivasikan oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Diantaranya kebutuhan akan penghargaan berupa:
 a) Harga diri, meliputi; kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidakketergantungan, dan kebebasan.
b) Penghargaan dari orang lain, meliputi; prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.
Selain itu, ada pula kebutuhan akan aktualisasi. Bahwa manusia ingin menumbuhkan, mengembangkan dan menggunakan kemampuanya untuk menjadi diri yang seutuhnya.
JJ. Rosseau memaparkan bahwa sejak lahir anak adalah makhluk yang aktif suka mengeksplorasi dan memperoleh pengetahuan., dibentuk oleh dirinya dengan caranya sendiri melalui interaksi dengan lingkungan. Perkembangan yang berjalan teratur pada setiap individu makhluk yang lengkap, utuh dan terintegrasi.
Perkembangan adalah perubahan yang bersifat kualitatif, tidak dapat diukur tetapi jelas terlihat. Perubahan yang berurutan dan nyata dalam diri seseorang yang merupakan hasil dari pembelajaran, pengalaman dan kematangan.

Perkambangan manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1.      Faktor endogen
Dibawa individu sejak dalam kandungan, missal factor penyakit ibu yang bersifat bawaan
2.      Faktor eksogen
Datang dari luar individu, misalnya tempat tinggal dan lingkungan
Dalam hal proses perkembangan, akan sangat ditentukan oleh factor lingkungan-pengalaman, perkembangan sebagai proses kontinyu, perubahan yang berangsur sedikit demi sedikit
<span>KDRT mempengaruhi proses belajar  anak?</span>
Dalam proses belajar ada dua factor yang sangat berpengaruh:
1.      Faktor internal, seperti : fisik (berfungsinya indera manusia) dan psikis (rasa seanng, sedih, bahagia)
2.      Faktor eksternal, seperti: lingkungan rumah, keluarga, dan  teman

Rumah (baca: keluarga) disadari akan sanagt berpengaruh terhadap proses belaajr anak di sekolah. Sebab waktu untuk berada di rumah jauh lebih banyak dibandingkan interaksi di sekolah. Sehingga apa ayng terjadi di rumah memiliki kontribusi besar terhadap proses da prestasi belajar anak di sekolah.  Wajar saja, jika anak yang di lingkungan rumahnya mengalami KDRT menjadi tidak fokus belajar dan prestasi akademiknya menurun.  Orang tua yang seharusnya mampu menididik dan melakukan proses transformasi nilai di rumah, tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Orang tua yang seharusnay berperan sebaagi guru utama di rumah, tidak bisa menjalankan perannya dengan optimal bahkan tidak sama sekali.

Kata-kata kasar, makian, pukulan dan bentuk kekerasan yang dilihat maupun yang didenagrkan anak dalam lingkungan KDRT pun  juga membentuk rasa takut dalam diri anak. Rasa takut ini pada akhirnya menyebabkan anak menjadi terkungkung kebebasan dan terpenjara dalam ketakutan yang membuat diri anak menjadi terkekang. Secara otomatis akan sangat berpengaruh dal proses belajar.

Namun, terhadap anak yang tinggal di lingkungan terjadinya KDRT tidak serta merta harus daibaikan begitu saja. Pendidkan harus mampu menjawab persoalannya. Berdasarkan prinsip pendidikan humanistik, bahwa pendidikan haruslah berhubungan dengan sisi dasar kemanusiaan diantaranya berusaha untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang. Prinsip-prinsip dasar yang harus ada yakni:
1.      Memilih atau mengontrol
2.      Memperhatikan suasana
3.      Memperhatikan secara keseluruhan
4.      Evaluasi diri
5.      Guru sebagai fasilitator
6.      Lingkungan
Sejalan dengan Rogers dan Freiberg bahwa pendidkan dalam pendekatan humanistic memiliki prinsip:
1.      Respon terhadap perasaan siswa
2.      Menggunakan ide-ide siswa dalam interaksi yang sedang ebrlangsung
3.      Diskusi dengan siswa
4.      Memberiakn pujian kepada siswa
5.      Keselarasan anataar perkataan dan perbuatan kepada guru
6.      Memberikan kerangka referensi kepada siswa
7.      Tersenyum dengan siswa
Jadi,  dengan pendekatan tersebut di atas akan sangat relevan dengan upaya penddikan dalam memotivasi belajar anak, karena hal  ini mendorong peningkatan diri manusia melalui penghargaannya terhadap potensi-potensi positif yanga ada pada manusia.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) apapun alasannya telah berdampak terhadap perkembangan dan proses belajar anak di sekolah. Diharapkan peran pendidikan dan lingkungan belajar di sekolah (di luar rumahnya sendiri lah) yang mampu menghargai potensinya sebagai manusia sehingga menjadi solusi untuk mengembalikan motivasi belajar anak di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar